A.
Pengertian Teknologi Tepat Guna
Teknologi
adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi
kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi tepat guna adalah suatu
alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai dengan
fungsinya.
Secara teknis TTG merupakan jembatan antara teknologi tradisional dan teknologi maju.
Oleh karena itu aspek-aspek sosio-kultural dan ekonomi juga merupakan dimensi
yang harus diperhitungkan dalam mengelola TTG. Dari tujuan yang dikehendaki,
teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah
dirawat, dan berdampak polutif minimalis dibandingkan dengan teknologi arus
utama, yang pada umumnya bermisi banyak limbah dan mencemari lingkungan.
B. Fungsi
teknologi tepat guna
1. Alat
kesehatan yang digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
2. Biaya
yang digunakan cukup rendah dan relatif murah.
3. Teknis
cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara.
4.
Mengurangi kesalahan dalam mendiagnosis suatu penyakit
C. Manfaat
teknologi tepat guna
1.Teknologi tepat guna mampu
meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat.
2.Teknologi tepat guna dapat
mempermudah dan mempersingkat waktu pekerjaan tenaga kesehatan dan klien
3.Masyarakat mampu mempelajari,
menerapkan, memelihara teknologi tepat guna tersebut
4.Masyarakat / klien bisa lebih
cepat ditangani oleh tenaga kesehatan
5.Hasil diagnosa akan lebih akurat, cepat, dan tepat
D. Dampak teknologi Tepat guna dalam
kebidanan
a.Dampak positif sebagai
berikut:
1.
Dengan adanya teknologi tepat guna dalam kebidanan, maka masyarakat akan
mendapat kemudahan dalam menjaga kesehatan yang lebih efisien dan efektif.
2.
Teknologi yang ada, dapat membuat kegiatan khususnya di dalam kebidanan akan
lebih sederhana dan mudah
b.
Dampak negatif sebagai berikut :
1.Jika penggunaannya teknologi tepat
guna tidak sesuai dengan lingkup yang memerlukan maka itu akan sia-sia. Contoh
penggunaan USG di daerah pedalaman, disana tidak orang yang mengelolanya dan
tidak sesuai dengan kebudayaan
masyarakat disana.
2. Dengan ketidaktepatan
penggunaan alat tersebut maka akan berdampak buruk terhadap pasien. Contoh :
penggunaan USG pada pasien dengan cara-cara yang tidak tepat.
3.Penggunaan teknologi pada daerah
pedalaman pedalaman dengan tenaga yang tidak ahli akan menimbulkan resiko
terhadap pasien.
E. Penggunaan Teknologi tepat guna
Kebidanan dalam kehamilan
1.
Fetal Doppler

Fetal
Doppler adalah alat untuk deteksi detak jantung janin di dalam kandungan sang
ibu. Fetal doppler menggunakan prinsip
pantulan gelombang elektromagnetik,
Gunanya
untuk memeriksa apakah sang janin tumbuh dengan normal untuk mengetahui kondisi
kesehatan janin dengan ditandai adanya denyut jantungnya. Umumnya teknik yang
digunakan untuk deteksi detak jantung janin adalah dengan ultrasound (frekuensi
2 MHz).
Tujuan :
Untuk mengetahui detak jantung
normal atau tidak, dan Untuk menunjukkan adanya perbedaan frekuensi
bunyi yang diterima oleh pendengar dan yang dikeluarkan oleh sumber
bunyi.
Langkah-langkah dalam menggunakan fetal doppler yaitu:
1.
Baringkan ibu hamil dengan posisi
terlentang dan kaki lurus
2.
Lakukan pemeriksaan leopold untuk
menentukan pungung janin
3.
Pastikan posisi punggung janin sudah di
temukan setelah ituberi jell pada fetal doppler yang akan di gunakan
4.
Tempelkan doppler pada perut ibu
hamil sesuai dengan posisi punggung janin
5.
Hitung detak jantung janin
-Dengar detak
jantung janin selama 1 menit penuh
- beri
penjelasan pada pasien hasil pemeriksaan detak jantung janin
6. jika pada pemeriksaan detak
jantung janin tidak terdengar ataupun
tidak ada pergerakan janin maka
pasien di berikan penjelasan dan pasien di rujuk Ke RS. Normalnya,
denyut jantung janin usia 6 minggu adalah 90 hingga 110 denyut per menit (dpm)
sedangkan pada usia 9 minggu ke atas berkisar antara 140 dpm dengan variasi
normal 20 dpm di atas atau di bawah nilai rata-rata tersebut. Jadi, nilai
normal denyut jantung bayi berkisar antara 120 hingga 160 dpm.
HR pada janin normalnya memang jauh lebih cepat dibanding HR orang dewasa atau
bahkan anak-anak. Ditambah lagi bahwa perkembangan jantung janin itu telah
cukup fungsional setelah mencapai umur kehamilan kurang lebih 12minggu.
Bila
pada usia kehamilan 5 hingga 8 minggu terjadi perlambatan
denyut jantung (kurang dari 90 denyut per menit)
2. Lingkar Lengan Ibu Hamil

adalah tanda yang digunakan untuk mempermudah
menidentifikasi bayi dan bundanya, pada umumnya dipakaikkan pada bayi dan
bundanya di rumah sakit bersalin. pita LILA sepanjang 33
cm, atau meteran kain dengan ketelitian 1 desimal (0,1 cm).
ukuran LILA berkaitan erat dengan berat badan ibu
selama hamil mulai trimester I sampai trimester III. Kelebihannya jika
dibandingkan dengan ukuran berat badan, ukuran LILA lebih menggambarkan keadaan
atau status gizi ibuhamil sendiri. Seperti kita tahu, berat badan selama
kehamilan merupakan berat badan komulatif antara pertambahan berat organ
tubuh dan volume darah ibu serta berat janin yang dikandungnya. Kita tidak tahu
pasti apakah pertambahan berat badan ibu selama hamil itu berasal dari pertambahan
berat badan ibu,janin ataukeduanya.
Selain itu, pembengkakan (oedema) yang biasa dialami ibu hamil, jarang mengenai lengan atas. Ini juga yang menyebabkan pengkuran LILA lebih baik untuk menilai status gizi ibuhamil ketimbang berat badan.
Selain itu, pembengkakan (oedema) yang biasa dialami ibu hamil, jarang mengenai lengan atas. Ini juga yang menyebabkan pengkuran LILA lebih baik untuk menilai status gizi ibuhamil ketimbang berat badan.
Pengukuran LILA dapat digunakan
untuk deteksi dini dan menapis risiko bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR). Setelah melalui penelitian khusus untuk perempuan
Indonesia, diperoleh standar LILA sebagai berikut:
• Jika LILA kurang dari 23,5 cm: status gizi ibuhamil kurang, misalnya kemungkinan mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau anemia kronis, dan berisiko lebih tinggi melahirkan bayi BBLR.
• Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm: berarti status gizi ibuhamil baik, dan risiko melahirkan bayi BBLR lebih rendah.
• Jika LILA kurang dari 23,5 cm: status gizi ibuhamil kurang, misalnya kemungkinan mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau anemia kronis, dan berisiko lebih tinggi melahirkan bayi BBLR.
• Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm: berarti status gizi ibuhamil baik, dan risiko melahirkan bayi BBLR lebih rendah.
3. USG ( ultrasonografi)

Ultrasonografi (USG) merupakan suatu prosedur diagnosis yang digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh atau analisis dari gelombang Doppler, yang pemeriksaannya dilakukan diatas permukaan kulit atau diatas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound didalam jaringan.
TAK ADA RADIASI
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada ibu hamil. Sebelum ada alat ini, denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16-18 minggu. Sementara dengan USG, pada usia kehamilan 6-7 minggu sudah dapat dideteksi. USG juga dapat mendeteksi kelainan-kelainan bawaan di usia kehamilan yang lebih awal.
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada ibu hamil. Sebelum ada alat ini, denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16-18 minggu. Sementara dengan USG, pada usia kehamilan 6-7 minggu sudah dapat dideteksi. USG juga dapat mendeteksi kelainan-kelainan bawaan di usia kehamilan yang lebih awal.
PEMERIKSAAN
USG BERTUJUAN UNTUK :
1. Konfirmasi
kehamilan
2. Mengetahui
usia kehamilan
3. Menilai
pertumbuhandan perkembangan janin
4. Ancaman
keguguran
5. Masalah dengan plasenta
6. Kehamilan
ganda/kembar
7. Mengukur
cairan ketuban
8. Kelainan
letak janin
9. Mengetahui
jenin kelamin janin
CARA
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Pervaginam
- Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam.
- Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.
- Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.
- Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.
- Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.
- Tidak menyebabkan keguguran.
2. Perabdominan
- Probe USG di atas perut.
- Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
- Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru menembus rahim.
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Pervaginam
- Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam.
- Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.
- Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.
- Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.
- Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.
- Tidak menyebabkan keguguran.
2. Perabdominan
- Probe USG di atas perut.
- Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
- Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru menembus rahim.
JENIS PEMERIKSAAN USG
1. USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
1. USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
2. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
- Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
- Tonus (gerak janin).
- Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
- Doppler arteri umbilikalis.
- Reaktivitas denyut jantung janin.
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
- Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
- Tonus (gerak janin).
- Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
- Doppler arteri umbilikalis.
- Reaktivitas denyut jantung janin.
SAAT TEPAT PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dengan USG wajib semasa kehamilan sebetulnya hanya dua kali, yaitu:
* Saat pertama kali pemeriksaan kehamilan (usia kehamilan berapa pun namun biasanya pada usia kehamilan 10-12 minggu). Pemeriksaan ini dilakukan sebagai skrining awal. Gambaran janin yang masih sekitar 8 cm akan terlihat tampil secara utuh pada layar monitor.
* Usia kehamilan 20-24 minggu sebagai skrining lengkap. Setelah usia kehamilan lebih dari 12 minggu gambaran janin pada layar monitor akan terlihat sebagian-sebagian/tidak secara utuh. Karena alat scan USG punya area yang terbatas, sementara ukuran besar janin sudah bertambah atau lebih dari 8 cm. Jadi, untuk melihat kondisi janin dapat per bagian, misalnya detail muka, detail jantung, detail kaki dan sebagainya.
Selain itu, penggunaan alat USG dapat dilakukan atas dasar indikasi yakni:
* Pemeriksaan USG serial untuk mengukur pertumbuhan berat badan janin.
* Bila perlu pada usia kehamilan 38-42 minggu untuk melihat bagaimana posisi bayi apakah melintang, kepala turun, dan lainnya
Pemeriksaan dengan USG wajib semasa kehamilan sebetulnya hanya dua kali, yaitu:
* Saat pertama kali pemeriksaan kehamilan (usia kehamilan berapa pun namun biasanya pada usia kehamilan 10-12 minggu). Pemeriksaan ini dilakukan sebagai skrining awal. Gambaran janin yang masih sekitar 8 cm akan terlihat tampil secara utuh pada layar monitor.
* Usia kehamilan 20-24 minggu sebagai skrining lengkap. Setelah usia kehamilan lebih dari 12 minggu gambaran janin pada layar monitor akan terlihat sebagian-sebagian/tidak secara utuh. Karena alat scan USG punya area yang terbatas, sementara ukuran besar janin sudah bertambah atau lebih dari 8 cm. Jadi, untuk melihat kondisi janin dapat per bagian, misalnya detail muka, detail jantung, detail kaki dan sebagainya.
Selain itu, penggunaan alat USG dapat dilakukan atas dasar indikasi yakni:
* Pemeriksaan USG serial untuk mengukur pertumbuhan berat badan janin.
* Bila perlu pada usia kehamilan 38-42 minggu untuk melihat bagaimana posisi bayi apakah melintang, kepala turun, dan lainnya
MANFAAT
Trimester I
- Memastikan hamil atau tidak.
- Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda kehidupannya.
- Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
- Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan selaput lendir, denyut janin, dan sebagainya.
Trimester I
- Memastikan hamil atau tidak.
- Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda kehidupannya.
- Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
- Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan selaput lendir, denyut janin, dan sebagainya.
Trimester II:
- Melakukan penapisan secara menyeluruh.
- Menentukan lokasi plasenta.
- Mengukur panjang serviks.
Trimester III:
- Menilai kesejahteraan janin.
- Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.
- Melihat posisi janin dan tali pusat.
- Menilai keadaan plasenta.
TAK 100% AKURAT untuk menggunakan USG
Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak 100%, melainkan 80%. Artinya, kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang tidak terdeteksi atau interpretasi kelamin janin yang tidak tepat.
- Melakukan penapisan secara menyeluruh.
- Menentukan lokasi plasenta.
- Mengukur panjang serviks.
Trimester III:
- Menilai kesejahteraan janin.
- Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.
- Melihat posisi janin dan tali pusat.
- Menilai keadaan plasenta.
TAK 100% AKURAT untuk menggunakan USG
Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak 100%, melainkan 80%. Artinya, kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang tidak terdeteksi atau interpretasi kelamin janin yang tidak tepat.
Hal ini dipengaruhi
beberapa faktor antara lain:
-Keahlian/kompetensi
dokter yang memeriksanya.
-Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik mengoperasikan alat USG. Sebenarnya untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat tersendiri.
-Posisi bayi
Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga menyulitkan daya jangkau/daya tembus alat USG. Meski dengan menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi sekalipun, tetap ada keterbatasan.
-Kehamilan kembar
Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG melihat masing-masing keadaan bayi secara detail.
-Ketajaman/resolusi alat USG-nya kurang baik.
- Usia kehamilan di bawah 20 minggu.
- Air ketuban sedikit.
- Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin saat usia kehamilan di bawah 20 minggu agak sulit dideteksi
-Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik mengoperasikan alat USG. Sebenarnya untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat tersendiri.
-Posisi bayi
Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga menyulitkan daya jangkau/daya tembus alat USG. Meski dengan menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi sekalipun, tetap ada keterbatasan.
-Kehamilan kembar
Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG melihat masing-masing keadaan bayi secara detail.
-Ketajaman/resolusi alat USG-nya kurang baik.
- Usia kehamilan di bawah 20 minggu.
- Air ketuban sedikit.
- Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin saat usia kehamilan di bawah 20 minggu agak sulit dideteksi
4.CTG
( Cardiotokografi)

CTG
merupakan suatu alat untuk mengetahui kesejahteraan janin di dalam rahim,
dengan merekam pola denyut jantung janin dan hubungannya dengan gerakan janin
atau kontraks rahim.
Jadi bila doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada CTG kontraksi ibu juga terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat kontraksi dan diluar kontraksi. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik. Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
Jadi bila doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada CTG kontraksi ibu juga terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat kontraksi dan diluar kontraksi. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik. Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam
waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress
Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu
pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.
Indikasi
Pemeriksaan Cardiotokografi biasanya
dilakukan pada kehamilan resiko tinggi, dan indikasinya terdiri dari :
1.
IBU
a)
Pre-eklampsia-eklampsia
b)
Ketuban pecah
c)
Diabetes mellitus
d) Kehamilan
> 40 minggu
e)
Vitium cordis
f)
Asthma bronkhiale
g)
Inkompatibilitas Rhesus atau ABO
h)
Infeksi TORCH
i)
Bekas SC
j)
Induksi atau akselerasi persalinan
k)
Persalinan preterm.
l)
Hipotensi.
m) Perdarahan
antepartum.
n) Ibu
perokok.
o) Ibu
berusia lanjut.
p)
Lain-lain : sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit
paru, penyakit jantung, dan penyakit tiroid.
2. JANIN
a) Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
b) Gerakan janin berkurang
c) Suspek lilitan tali pusat
d) Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
e) Hidrops fetalis
f) Kelainan presentasi, termasuk pasca versi luar.
g) Mekoneum dalam cairan ketuban
h) Riwayat lahir mati
i) Kehamilan ganda
j) Dan lain-lain
Syarat
Pemeriksaan Cardiotokografi
1.
Usia kehamilan > 28 minggu.
2.
Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan).
3.
Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui.
4.
Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada komputer (pada Cardiotokografi terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari
pabrik.
Kontra
Indikasi Cardiotokografi
Sampai saat ini belum
ditemukan kontra-indikasi pemeriksaan Cardiotokografi terhadap ibu maupun
janin.
Cara
Melakukan
Persiapan
tes tanpa kontraksi :
Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh diberikan
sedativa.
Prosedur pelaksanaan :
1. Pasien
ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri
2. Tekanan
darah diukur setiap 10 menit
3. Dipasang
kardio dan tokodinamometer
4. Frekuensi
jantung janin dicatat
5. Selama
10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi
6. Pemantauan
tidak boleh kurang dari 30 menit
7. Bila
pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit tidak reaktif,
pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan pemeriksaan ulang 2 jam
kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari setelah 2 jam sarapan)
8. Pemeriksaan
NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST secara individual
Cara Membaca
Pembacaan hasil :
1. Reaktif,
bila :
a) Denyut
jantung basal antara 120-160 kali per menit
b) Variabilitas
denyut jantung 6 atau lebih per menit
c) Gerakan
janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam 20 menit
d) Reaksi
denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang reaktif berarti
janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian
e) Pada
pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe yang
lain diulang setiap minggu
2. Tidak
reaktif, bila :
a) Denyut
jantung basal 120-160 kali per menit
b) Variabilitas
kurang dari 6 denyut /menit
c) Gerak
janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit
d) Tidak
ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari luar
Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada
bentuk antar yaitu kurang reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat
diakibatkan karena pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol, penotiasid dan
metildopa.
Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak
menggunakan obat-obatan dianjurkan CTG diulang keesokan harinya. Bila
reaktivitas tidak membaik dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT).

Funduscope adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi/mendengarkan denyut jantung janin. Alat ini fungsi hampir sama dengan Stetoskop
·
Letakan funduscope di atas abdomen ibu hamil ,
·
Lalu dengarkan apakah terdengeran suara denyut
jantung ibu
ada daftar pustaka/ sumber dari buku mana gk
BalasHapus