Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan
dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat
memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan dampak (Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap
standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).
PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
MELALUI OBSERVASI
1.
Pengertian Observasi
Observasi berasal dan bahasa Latin
yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada
kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
Observasi merupakan cara pengumpulan
data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian
untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti.
Observasi adalah teknik pengumpulan
data untuk menilai dengan menggunakan indera, tidak hanya dengan mata saja.
Mendengarkan, mencium, mengecap, dan meraba termasuk salah satu bentuk
observasi.
2.
Tujuan Observasi
Pada dasarnya observasi bertujuan
untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang
berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian
dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai
hal yang tidak relevan.
Observasi perlu dilakukan karena
beberapa alasan, yaitu :
a. Memungkinan untuk mengukur banyak
perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur psikologis yang
lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-anak.
b. Prosedur Testing Formal seringkali
tidak ditanggapi serius oleh anak-anak sebagaimana orang dewasa, sehingga
sering observasi menjadi metode pengukur utama.
c. Observasi dirasakan lebih mudah
daripada cara peugumpulan data yang lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan
informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan
memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.
Tujuan lain observasi yaitu :
·
Memperoleh informasi.
·
Mempertanggung jawabkan tugas/kegiatan yang telah dilakukan.
·
Sebagai bahan untuk mengambil keputusan dalam mengembangkan
program/kegiatan dan tindak lanjut dari aktifitas monitoring.
·
Menentukan kompetensi pekerjaan dan meningkatkan kinerja
dengan menilai dan mendorong hubungan yang baik diantara pegawai.
·
Menghargai pengembangan staf dan memotivasi bidan kearah pencapaian
kualitas yang tinggi.
·
Menggiatkan konseling dan bimbingan dari manajer.
·
Memilih bidan yang berkualitas untuk pengembangan dan
peningkatan gaji.
·
Mengidentifikasi ketidakpuasan bidan.
3.
Hal yang Harus Diperhatikan Bidan
Saat Observasi
Dalam mengobservasi sesuatu ada dua hal yang perlu
diperhatikan oleh Bidan, yaitu pengamatan objektif dan penafsiran
(interpretasi).
a. Pengamatan objektif
Merupakan
berbagai tingkah laku yang dilihat dan didengar. misalnya duduk, berdiri,
gelisah dengan mengeluarkan kata seperti aduh.
b. Penafsiran (interpretasi)
Merupakan
kesan yang diberikan terhadap apa yang dilihat (amati) dan didengar. Misalnya,
jengkel karena terlalu lama menunggu.
Bidan perlu mengetahui perbedaan pengamatan objektif dengan
penafsiran agar lebih berhati-hati dalam melakukan observasi. Seorang Bidan
yang tajam pengamatannya akan memperhatikan bahwa ada beberapa ketidaksesuaian
antara tingkah laku verbal dan non verbal, antara apa yang di ucapkan dan apa
yang dikerjakan.
a. Tingkal laku verbal
Merupakan
perbuatan atau perilaku yang ditunjukan melalui bahasa atau kata-kata. bahasa
dicerminkan dengan adanya perbendaharaan kata, penggunaan kalimat, intonasi,
kecepatan berbicara, dan homor. Yang harus di lakukan bidan dalam melakukan
pengamatan tingkah laku verbal adalah bagaimana klien beralih topik, kata-kata
kunci yang di gunakan, penjelasan-penjelasan yang disampaikan,
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
b. Tingkah laku non verbal
Merupakan
tingkah laku dalam bentuk bahasa tubuh yang meliputi isyarat, pergerakan tubuh
dan penampilan fisik. Bidan harus dapat melakukan pengamatan terhadap tingkah
laku nonverbal dengan memperhatikan bagaimana cara klien menatap mata, bahasa
tubuh, kualitas suara yang merupakan indikator penting dalam mengungkapkan apa
yang terjadi pada diri klien.
Sebaiknya dalam komunikasi efektif
tingkah laku verbal dan non verbal digunakan secara sinergis, tidak berdiri
sendiri. Penggunaan tingkah laku verbal dan non verbal secara terpisah akan
menimbulkan salah penafsiran. Perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut dengan
bertanya atau mendengarkan secara aktif. Harus ditelaah lebih lanjut arti dari
ketidaksesuaian antara yang disampaikan (verbal) ekspresi muka (non verbal).
4.
Instrumen Observasi
a. Daftar Tilik (Check List)
Berisi nama subyek dan beberapa
hal/ciri yang akan diamati dari sasaran pengamatan. Pengamat
dapat memberi tanda cek (√) pada daftar tersebut yang menunjukkan adanya ciri
dari sasaran pengamatan.
b. Skala Penilaian (Rating Scale)
Daftar yang berisikan ciri-ciri
tingkah laku yang di catat secara bertingkat. Skala penilaian (rating scale)
merupakan alat pengumpulan data untuk menerangkan, menggolongkan dan menilai
seseorang atau suatu gejala.
c. Alat-Alat Mekanik
Alat-alat mekanik yang sering
digunakan yaitu alat perekam, alat fotografis, film, tape recorder, kamera,
televisi, dan sebagainya. Alat-alat tersebut setiap saat dapat diputar kembali
untuk memungkinkan mengadakan penilaian secara teliti.
5.
Kelebihan dan Kekurangan Observasi
Kelebihan
observasi :
a)
Dapat membandingkan apakah perkataan
sesuai dengan tindakan.
b)
Peneliti dapat mempelajari subjek
yang tidak memberi kesempatan laporan lisan (verbal).
c)
Subjek observasi bebas melakukan
kegiatan.
d)
Dimungkinkan mengadakan pencatatan
secara serempak kepada sasaran penilaian yang lebih banyak.
Kelemahan
observasi :
a)
Observasi tidak selamanya
memungkinkan untuk suatu kejadian yang spontan, harus ada persiapan.
b)
Tidak bisa menentukan ukuran
kuantitas terhadap variabel yang ada, karena hanya dapat menghitung variabel
yang kelihatan.
c)
Sulit mendapatkan data terutama yang
sifatnya rahasia dan memerlukan waktu yang lama.
d)
Apabila sasaran penilaian mengetahui
bahwa mereka sedang diamati, mereka akan dengan sengaja menimbulkan kesan-kesan
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, jadi sifatnya dibuat-buat.
e)
Subyektifitas dari observer tidak
dapat dihindari
PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
MELALUI PEER REVIEW
1. Pengertian Peer Review
Penelaahan sejawat
atau penilaian sejawat (bahasa
Inggris: peer review) adalah suatu proses pemeriksaan atau
penelitian suatu karya atau ide pengarang ilmiah oleh pakar lain di bidang
tersebut. Orang yang melakukan penelaahan ini disebut penelaah sejawat
atau mitra bestari (peer reviewer). Proses ini dilakukan terutama
oleh editor atau penyunting untuk memilih dan menyaring manuskrip
yang dikirim, dan juga oleh badan pemberi dana, untuk memutuskan pemberian dana
bantuan. Penilaian sejawat bertujuan untuk membuat pengarang memenuhi standar
disiplin ilmu mereka, dan standar keilmuan pada umumnya. Publikasi dan
penghargaan yang tidak melalui penilaian sejawat kemungkinan akan dicurigai
oleh akademisi dan profesional pada berbagai bidang. Bahkan jurnal
ilmiah kadang ditemukan mengandung kesalahan, fraud
(penipuan), dan berbagai jenis cacat lainnya yang dapat mengurangi reputasi
mereka sebagai penerbit ilmiah yang tepercaya.
Peer
Review adalah pengukuran/penilaian yang dilakukan dengan pengamatan untuk teman
sejawat terhadap proses dan hasil pelayanan kesehatan.
PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
MELALUI WAWANCARA
1. Pengertian Wawancara
Wawancara
adalah cara pengumpulan data-data tentang klien melalui suatu proses yang
bertahap dengan melibatkan beberapa komponen.
Dimana
setelah data-data tentang klien terkumpul, lalu dilakukan penentuan masalah
kesehatan klien sehingga memudahkan untuk memberikan asuhan kesehatan yang
dibutuhkan berdasarkan masalah tersebut.
Wawancara
adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana penilai
mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang sasaran penilaian.
Gejala-gejala sosial yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui observasi
dapat digali dari wawancara.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa wawancara adalah sistem pencatatan dan pelaporan informasi
tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dari semua kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan.
2. Tujuan Wawancara
a)
Mampu memahami perilaku orang lain
Bila menemukan klien marah, sikap
yang diambil yaitu dengan menenangkannya, kemudian menanyakan sebab-sebab
kemarahannya, mengapa ia bisa marah.
b)
Menggali perilaku bila setuju dan
tidak setuju
Di sini kita menangkap atau
mengartikan tingkah laku atau reaksi nonverbal klien terhadap anjuran kita.
c)
Memahami perlunya memberi pujian
Dalam menggali potensi klien untuk
memecahkan masalahnya, perlu adanya pujian dan memberi bantuan memecahkan
masalah klien di mana kurang bisa memecahkan masalahnya sendiri.
d)
Menciptakan hubungan personal yang
baik
Dengan menciptakan hubungan personal
yang baik tentunya kita bisa mendekatkan diri kita dengan klien agar suasana
menjadi lebih akrab.
e)
Memperoleh informasi tentang situasi
atau sikap tertentu
Untuk memperoleh informasi yang
berhubungan dengan situasi/sikap tertentu dapat digali dengan mengajukan pertanyaan
terbuka, karena pertanyaan terbuka memerlukan jawaban panjang ataupun berupa
uraian.
f)
Untuk menentukan suatu kesanggupan
Kita harus mengetahui
keadaan/situasi yang dihadapi oleh klien dalam menentukan kesanggupannya.
g)
Mendorong untuk bertindak
Mendorong atau mengerahkan supaya
klien bertindak atau melakukan suatu kegiatan.
h)
Memberi nasihat
Didalam wawancara ada yang bersifat
memberi nasihat kepada klien/keluarga/ masyarakat.
Tujuan
lain wawancara yaitu :
a) Mengetahui secara langsung masalah
kebidanan.
b) Mengambil langkah korektif untuk
perbaikan secepatnya.
c) Mengukur pencapaian sasaran/target.
d) Mengkaji kecenderungan status
kesehatan pasien/masyarakat yang mendapat pelayanan.
3. Instrumen Wawancara
Instrumen
wawancara berupa kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah disusun dengan
baik sehingga pewawancara dalam wawancara dapat memberi jawaban.
4. Kelebihan & Kekurangan Wawancara
Kelebihan
wawancara :
1. Flexibility
Pewawancara
dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi saat itu. Dan
memungkinkan diberikan penjelasan kepada responden bila pertanyaan kurang
dimengerti
2. Nonverbal
behavior
Pewawancara
dapat mengobservasi perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, rasa tidak suka
atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh responden.
3. Completeness
Pewawancara
dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan yang diajukan secara langsung.
4. Time
of interview
Wawancara dapat
menyusun jadwal wawancara yang relatif pasti. Kapan, dimana, sehingga data yang
diperoleh tidak keluar dari rancangan yang sudah disusun
5. Data
yang diperoleh dapat langsung diketahui objektifitasnya karena dilaksanakan
secara tatap muka.
Kekurangan
wawancara :
1. Proses
wawancara membutuhkan biaya dan tenaga yang besar
2. Keberhasilan
wawancara sangat tergantung kepandaian pewawancara dalam menggali, mencatat,
dan menafsirkan setiap jawaban
3. Responden
sulit menyembunyikan identitas dirinya.
PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
MELALUI TEKNIK DOKUMENTASI
1. Pengertian Teknik
Dokumentasi
Dokumentasi
berasal dari kata dokumen yang artinya bahan pustaka baik berupa tulisan atau
rekaman.
Dokumentasi
merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan
pasien, kegiatan asuhan kebidanan serta respons pasien terhadap asuhan yang
diterimanya.
Dokumentasi
kebidanan merupakan bukti catatan dalam pelaporan yang dimiliki bidan dalam
melakukan catatan asuhan yang berguna untuk kepentingan klein, bidan dan tim
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang
akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab bidan.
2. Macam-Macam Dokumentasi
a.
|
Dokumen sumber resmi
|
:
|
Dokumen yang dibuat/dikeluarkan
oleh lembaga atau perorangan atas nama lembaga.
|
b.
|
Dokumen sumber tidak resmi
|
:
|
Dokumen yang dibuat/dikeluarkan
oleh individu tidak atas nama lembaga.
|
3. Tujuan Dokumentasi
1.
Sebagai sarana komunikasi
Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat &
lengkap dapat berguna untuk :
a.
Membantu koordinasi asuhan kebidanan
yang diberikan oleh tim kesehatan.
b.
Mencegah informasi yang berulang
terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan
sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan
ketelitian dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien.
c.
Membantu tim bidan dalam menggunakan
waktu sebaik-baiknya.
2.
Sebagai tanggung jawab dan tanggung
gugat
Sebagai upaya untuk melindungi pasien terhadap
kualitas pelayanan kebidanan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan dalam
melaksanakan tugasnya maka bidan diharuskan mencatat segala tindakan yang
dilakukan terhadap pasien.
3.
Sebagai informasi statistik
Data statistik dari dokumentasi kebidanan dapat
membantu merencanakan kebutuhan dimasa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana
dan teknis.
4.
Sebagai sarana pendidikan
Dokumentasi asuhan kebidanan yang dilaksanakan secara
baik dan benar akan membantu para siswa kebidanan maupun siswa kesehatan
lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan
membandingkannya, baik teori maupun praktik lapangan.
5.
Sebagai sumber data penelitian
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat
digunakan sebagai sumber data penetilian. Hal ini erat kaitannya dengan yang
dilakukan terhadap asuhan kebidanan yang diberikan, sehingga melalui penelitian
dapat diciptakan satu bentuk pelayanan kebidanan yang aman, efektif dan etis.
6.
Sebagai jaminan kualitas pelayanan
kesehatan
Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan
benar, diharapkan asuhan kebidanan yang berkualitas dapat dicapai, karena
jaminan kulaitas merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan
kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa dokumntasi yang
kontinu, akurat dan rutin baik yang dilakukan oleh bidan maupun tenaga
kesehatan lainnya. Audit jaminan kualitas membantu untuk menetapkan suatu
akreditasi pelayanan kebidanan dalam mencapai standar yang telah ditetapkan.
7.
Sebagai sumber data perencanaan
asuhan kebidanan berkelanjutan
Dengan dokumntasi akan didapatkan data yang aktual dan
konsisten mencakup seluruh kegiatan kebidanan yang dilakukan melalui tahapan
kegiatan proses kebidanan.
Tujuan lain teknik dokumentasi yaitu
:
o Menentukan kompetensi pekerjaan.
o Meningkatkan kinerja dengan menilai
dan mendorong hubungan yang baik diantara pegawai (perawat dan bidan).
o Menghargai pengembangan staf dan
memotivasi pegawai kearah pencapaian kualitas yang tinggi.
o Menggiatkan konseling dan bimbingan
dari manajer.
o Memilih perawat dan bidan
berkualitas untuk pengembangan dan peningkatan gaji.
o Mengidentifikasi ketidakpuasan
pegawai.
4. Pola Penyajian
Dokumentasi Kebidanan (SOAP)
SOAP adalah Catatan yang bersifat
sederhana, jelas, logis dan tertulis. Identifikasi langkah manajemen kebidanan
yang berorientasi pada SOAP yaitu :
S =
Subjective Data = Data Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa.
O = Objective
Data = Objektif Data
Menggambarka pendokumentasian dari
hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostic lain yang
dirumuskan dala fokus untuk mendukung Assesment.
A = Assesment
= Pengkajian ulang = Kesimpulan dari data S
dan O
Menggambarkan pendokumentasian hasil
analisa dari interpretasi data subjektif dan data objektif dalam suatu
identifikasi.
P = Perencanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari
perencanaan asuhan secara menyeluruh dalam melaksanakannya secara efisien serta
mengevaluasi efektivitas asuhan yang diberikan.
http://endahpurnasari.blogspot.com/2010/08/menilai-mutu-pelayanan-kebidanan.html