Minggu, 07 Juni 2015

Penilaian mutu kebidanan


Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak (Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).

PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
MELALUI OBSERVASI

1.      Pengertian Observasi
Observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti.
Observasi adalah teknik pengumpulan data untuk menilai dengan menggunakan indera, tidak hanya dengan mata saja. Mendengarkan, mencium, mengecap, dan meraba termasuk salah satu bentuk observasi.

2.      Tujuan Observasi
Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan.

Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu :
a.       Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak-anak.
b.      Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama.
c.       Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang lain. Pada anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa. Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat bila merasa sedang diobservasi.

Tujuan lain observasi yaitu :
·         Memperoleh informasi.
·         Mempertanggung jawabkan tugas/kegiatan yang telah dilakukan.
·         Sebagai bahan untuk mengambil keputusan dalam mengembangkan program/kegiatan dan tindak lanjut dari aktifitas monitoring.
·         Menentukan kompetensi pekerjaan dan meningkatkan kinerja dengan menilai dan mendorong hubungan yang baik diantara pegawai.
·         Menghargai pengembangan staf dan memotivasi bidan kearah pencapaian kualitas yang tinggi.
·         Menggiatkan konseling dan bimbingan dari manajer.
·         Memilih bidan yang berkualitas untuk pengembangan dan peningkatan gaji.
·         Mengidentifikasi ketidakpuasan bidan.

3.      Hal yang Harus Diperhatikan Bidan Saat Observasi
Dalam mengobservasi sesuatu ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh Bidan, yaitu pengamatan objektif dan penafsiran (interpretasi).
a.       Pengamatan objektif
Merupakan berbagai tingkah laku yang dilihat dan didengar. misalnya duduk, berdiri, gelisah dengan mengeluarkan kata seperti aduh.
b.      Penafsiran (interpretasi)
Merupakan kesan yang diberikan terhadap apa yang dilihat (amati) dan didengar. Misalnya, jengkel karena terlalu lama menunggu.
Bidan perlu mengetahui perbedaan pengamatan objektif dengan penafsiran agar lebih berhati-hati dalam melakukan observasi. Seorang Bidan yang tajam pengamatannya akan memperhatikan bahwa ada beberapa ketidaksesuaian antara tingkah laku verbal dan non verbal, antara apa yang di ucapkan dan apa yang dikerjakan.
a.       Tingkal laku verbal
Merupakan perbuatan atau perilaku yang ditunjukan melalui bahasa atau kata-kata. bahasa dicerminkan dengan adanya perbendaharaan kata, penggunaan kalimat, intonasi, kecepatan berbicara, dan homor. Yang harus di lakukan bidan dalam melakukan pengamatan tingkah laku verbal adalah bagaimana klien beralih topik, kata-kata kunci yang di gunakan, penjelasan-penjelasan yang disampaikan, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
b.      Tingkah laku non verbal
Merupakan tingkah laku dalam bentuk bahasa tubuh yang meliputi isyarat, pergerakan tubuh dan penampilan fisik. Bidan harus dapat melakukan pengamatan terhadap tingkah laku nonverbal dengan memperhatikan bagaimana cara klien menatap mata, bahasa tubuh, kualitas suara yang merupakan indikator penting dalam mengungkapkan apa yang terjadi pada diri klien.

Sebaiknya dalam komunikasi efektif tingkah laku verbal dan non verbal digunakan secara sinergis, tidak berdiri sendiri. Penggunaan tingkah laku verbal dan non verbal secara terpisah akan menimbulkan salah penafsiran. Perlu dilakukan penelaahan lebih lanjut dengan bertanya atau mendengarkan secara aktif. Harus ditelaah lebih lanjut arti dari ketidaksesuaian antara yang disampaikan (verbal) ekspresi muka (non verbal).

4.      Instrumen Observasi
a.       Daftar Tilik (Check List)
Berisi nama subyek dan beberapa hal/ciri yang akan diamati dari sasaran pengamatan. Pengamat dapat memberi tanda cek (√) pada daftar tersebut yang menunjukkan adanya ciri dari sasaran pengamatan.

b.      Skala Penilaian (Rating Scale)
Daftar yang berisikan ciri-ciri tingkah laku yang di catat secara bertingkat. Skala penilaian (rating scale) merupakan alat pengumpulan data untuk menerangkan, menggolongkan dan menilai seseorang atau suatu gejala.
c.       Alat-Alat Mekanik
Alat-alat mekanik yang sering digunakan yaitu alat perekam, alat fotografis, film, tape recorder, kamera, televisi, dan sebagainya. Alat-alat tersebut setiap saat dapat diputar kembali untuk memungkinkan mengadakan penilaian secara teliti.

5.      Kelebihan dan Kekurangan Observasi
Kelebihan observasi :
a)      Dapat membandingkan apakah perkataan sesuai dengan tindakan.
b)      Peneliti dapat mempelajari subjek yang tidak memberi kesempatan laporan lisan (verbal).
c)      Subjek observasi bebas melakukan kegiatan.
d)     Dimungkinkan mengadakan pencatatan secara serempak kepada sasaran penilaian yang lebih banyak.
Kelemahan observasi :
a)      Observasi tidak selamanya memungkinkan untuk suatu kejadian yang spontan, harus ada persiapan.
b)      Tidak bisa menentukan ukuran kuantitas terhadap variabel yang ada, karena hanya dapat menghitung variabel yang kelihatan.
c)      Sulit mendapatkan data terutama yang sifatnya rahasia dan memerlukan waktu yang lama.
d)     Apabila sasaran penilaian mengetahui bahwa mereka sedang diamati, mereka akan dengan sengaja menimbulkan kesan-kesan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, jadi sifatnya dibuat-buat.
e)      Subyektifitas dari observer tidak dapat dihindari




PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
MELALUI PEER REVIEW

1.      Pengertian Peer Review
Penelaahan sejawat atau penilaian sejawat (bahasa Inggris: peer review) adalah suatu proses pemeriksaan atau penelitian suatu karya atau ide pengarang ilmiah oleh pakar lain di bidang tersebut. Orang yang melakukan penelaahan ini disebut penelaah sejawat atau mitra bestari (peer reviewer). Proses ini dilakukan terutama oleh editor atau penyunting untuk memilih dan menyaring manuskrip yang dikirim, dan juga oleh badan pemberi dana, untuk memutuskan pemberian dana bantuan. Penilaian sejawat bertujuan untuk membuat pengarang memenuhi standar disiplin ilmu mereka, dan standar keilmuan pada umumnya. Publikasi dan penghargaan yang tidak melalui penilaian sejawat kemungkinan akan dicurigai oleh akademisi dan profesional pada berbagai bidang. Bahkan jurnal ilmiah kadang ditemukan mengandung kesalahan, fraud (penipuan), dan berbagai jenis cacat lainnya yang dapat mengurangi reputasi mereka sebagai penerbit ilmiah yang tepercaya.
Peer Review adalah pengukuran/penilaian yang dilakukan dengan pengamatan untuk teman sejawat terhadap proses dan hasil pelayanan kesehatan.













PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
MELALUI WAWANCARA

1.      Pengertian Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data-data tentang klien melalui suatu proses yang bertahap dengan melibatkan beberapa komponen.
Dimana setelah data-data tentang klien terkumpul, lalu dilakukan penentuan masalah kesehatan klien sehingga memudahkan untuk memberikan asuhan kesehatan yang dibutuhkan berdasarkan masalah tersebut.
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana penilai mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang sasaran penilaian. Gejala-gejala sosial yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui observasi dapat digali dari wawancara.
Jadi dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dari semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan.

2.      Tujuan Wawancara
a)      Mampu memahami perilaku orang lain
Bila menemukan klien marah, sikap yang diambil yaitu dengan menenangkannya, kemudian menanyakan sebab-sebab kemarahannya, mengapa ia bisa marah.
b)      Menggali perilaku bila setuju dan tidak setuju
Di sini kita menangkap atau mengartikan tingkah laku atau reaksi nonverbal klien terhadap anjuran kita.
c)      Memahami perlunya memberi pujian
Dalam menggali potensi klien untuk memecahkan masalahnya, perlu adanya pujian dan memberi bantuan memecahkan masalah klien di mana kurang bisa memecahkan masalahnya sendiri.
d)     Menciptakan hubungan personal yang baik
Dengan menciptakan hubungan personal yang baik tentunya kita bisa mendekatkan diri kita dengan klien agar suasana menjadi lebih akrab.
e)      Memperoleh informasi tentang situasi atau sikap tertentu
Untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan situasi/sikap tertentu dapat digali dengan mengajukan pertanyaan terbuka, karena pertanyaan terbuka memerlukan jawaban panjang ataupun berupa uraian.
f)       Untuk menentukan suatu kesanggupan
Kita harus mengetahui keadaan/situasi yang dihadapi oleh klien dalam menentukan kesanggupannya.
g)      Mendorong untuk bertindak
Mendorong atau mengerahkan supaya klien bertindak atau melakukan suatu kegiatan.
h)      Memberi nasihat
Didalam wawancara ada yang bersifat memberi nasihat kepada klien/keluarga/ masyarakat.

Tujuan lain wawancara yaitu :
a)      Mengetahui secara langsung masalah kebidanan.
b)      Mengambil langkah korektif untuk perbaikan secepatnya.
c)      Mengukur pencapaian sasaran/target.
d)     Mengkaji kecenderungan status kesehatan pasien/masyarakat yang mendapat pelayanan.

3.      Instrumen Wawancara
Instrumen wawancara berupa kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah disusun dengan baik sehingga pewawancara dalam wawancara dapat memberi jawaban.

4.      Kelebihan & Kekurangan Wawancara
Kelebihan wawancara :
1.      Flexibility
Pewawancara dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi saat itu. Dan memungkinkan diberikan penjelasan kepada responden bila pertanyaan kurang dimengerti

2.      Nonverbal behavior
Pewawancara dapat mengobservasi perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, rasa tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan dijawab oleh responden.
3.      Completeness
Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan yang diajukan secara langsung.
4.      Time of interview
Wawancara dapat menyusun jadwal wawancara yang relatif pasti. Kapan, dimana, sehingga data yang diperoleh tidak keluar dari rancangan yang sudah disusun
5.      Data yang diperoleh dapat langsung diketahui objektifitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka.
Kekurangan wawancara :
1.      Proses wawancara membutuhkan biaya dan tenaga yang besar
2.      Keberhasilan wawancara sangat tergantung kepandaian pewawancara dalam menggali, mencatat, dan menafsirkan setiap jawaban
3.      Responden sulit menyembunyikan identitas dirinya.













PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
MELALUI TEKNIK DOKUMENTASI

1.      Pengertian Teknik Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya bahan pustaka baik berupa tulisan atau rekaman.
Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan kebidanan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya.
Dokumentasi kebidanan merupakan bukti catatan dalam pelaporan yang dimiliki bidan dalam melakukan catatan asuhan yang berguna untuk kepentingan klein, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab bidan.

2.      Macam-Macam Dokumentasi
a.
Dokumen sumber resmi
:
Dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh lembaga atau perorangan atas nama lembaga.
b.
Dokumen sumber tidak resmi
:
Dokumen yang dibuat/dikeluarkan oleh individu tidak atas nama lembaga.

3.      Tujuan Dokumentasi
1.      Sebagai sarana komunikasi
Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat & lengkap dapat berguna untuk :
a.       Membantu koordinasi asuhan kebidanan yang diberikan oleh tim kesehatan.
b.      Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien.
c.       Membantu tim bidan dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya.
2.      Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat
Sebagai upaya untuk melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan kebidanan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan dalam melaksanakan tugasnya maka bidan diharuskan mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap pasien.
3.      Sebagai informasi statistik
Data statistik dari dokumentasi kebidanan dapat membantu merencanakan kebutuhan dimasa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan teknis.
4.      Sebagai sarana pendidikan
Dokumentasi asuhan kebidanan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan membantu para siswa kebidanan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktik lapangan.
5.      Sebagai sumber data penelitian
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber data penetilian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan kebidanan yang diberikan, sehingga melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan kebidanan yang aman, efektif dan etis.
6.      Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan
Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan asuhan kebidanan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan kulaitas merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa dokumntasi yang kontinu, akurat dan rutin baik yang dilakukan oleh bidan maupun tenaga kesehatan lainnya. Audit jaminan kualitas membantu untuk menetapkan suatu akreditasi pelayanan kebidanan dalam mencapai standar yang telah ditetapkan.
7.      Sebagai sumber data perencanaan asuhan kebidanan berkelanjutan
Dengan dokumntasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten mencakup seluruh kegiatan kebidanan yang dilakukan melalui tahapan kegiatan proses kebidanan.

Tujuan lain teknik dokumentasi yaitu :
o   Menentukan kompetensi pekerjaan.
o   Meningkatkan kinerja dengan menilai dan mendorong hubungan yang baik diantara pegawai (perawat dan bidan).
o   Menghargai pengembangan staf dan memotivasi pegawai kearah pencapaian kualitas yang tinggi.
o   Menggiatkan konseling dan bimbingan dari manajer.
o   Memilih perawat dan bidan berkualitas untuk pengembangan dan peningkatan gaji.
o   Mengidentifikasi ketidakpuasan pegawai.

4.      Pola Penyajian Dokumentasi Kebidanan (SOAP)
SOAP adalah Catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis. Identifikasi langkah manajemen kebidanan yang berorientasi pada SOAP yaitu :

S = Subjective Data = Data Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.

O = Objective Data = Objektif Data
Menggambarka pendokumentasian dari hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostic lain yang dirumuskan dala fokus untuk mendukung Assesment.

A = Assesment = Pengkajian ulang = Kesimpulan dari data S dan O
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dari interpretasi data subjektif dan data objektif dalam suatu identifikasi.

P = Perencanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan asuhan secara menyeluruh dalam melaksanakannya secara efisien serta mengevaluasi efektivitas asuhan yang diberikan.





http://endahpurnasari.blogspot.com/2010/08/menilai-mutu-pelayanan-kebidanan.html